Minggu, 28 Februari 2021

 


 

Sepertiga Malam

 

Kita sudah lupa pada pendar bianglala

yang saban gerimis menyapa kita dengan malu-malu

lalu kita bergandengan tangan,

memberi salam pada masa kanak-kanak

yang berpulang pada haribaan

 

Kita duduk berdua di tepi kolam

melantunkan doa kecil sambil tertawa geli

melihat sepasang kodok bersembunyi di balik teratai,

saling merayu,

lalu hilang bersama satu cipratan air.

 

Tapi sekarang, kita sudah sampai

pada sepertiga malam.

Bintang kecil mulai melukis diri

pada langit yang berubah legam

berkedip manja seperti gadis malam

di tengah gemerlap kota

dan kita tergoda pada pesonanya yang

acapkali membunuh itu.

 

“Ingin kuisi malam ini dengan sebuah

tembang terakhir” kau berkata

saya mengangguk pelan

toh sebentar lagi kita bukan milik sang waktu.

 

 

Kau mulai meringkih dengan

nada-nada yang kau susun sendiri,

bersaing dengan suara jangkrik

yang selamanya tak kan pernah kita pahami.

 

Kita masih di sepertiga malam.

menghitung detik yang tinggal tersisa,

mencari-cari pelindung untuk semua kerapuhan kita,

menebak-nebak dunia yang esok kan menyambut kita,

lalu berbaring lemas

dengan mimpi-mimpi yang baru separuh jalan

 

Kita selesai di sepertiga malam.

mencari-cari muasal kita,

meraung-raung minta tolong

pada keajaiban yang mustahil

lalu tertidur pulas dengan tubuh

yang sepenuhnya telanjang.

 

Jogjakarta 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar