Angga Usfal

Sebuah platform untuk merenungkan pengalaman sehari-hari dalam bentuk sastra demi semakin memaknai hidup sebagai seni yang indah.

Minggu, 28 Februari 2021

 

 


Pudar

  

Saya tengah mencumbu kekasih

Yang pernah datang tiba-tiba

Dan menghilang tanpa alasan

 

Lalu saya lihat ke belakang

Ke dalam bayang kian pudar

Dan saya tahu,

Saya baru habis bermimpi semalam

 

Saya pulang ke dalam hening lalu sadar

Bahwa mencintai seseorang

Adalah menambah satu musuh di hidup

 

Jogjakarta 2020

Diposting oleh Sastra sehari-hari di 19.19
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Foto saya
Sastra sehari-hari
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

  • ▼  2021 (14)
    • ▼  Februari (14)
      •  Tertawa   Saya pulang dari pasar Lalu saya lih...
      •    Cinta Seharga Seribu    Diam-diam saja kau d...
      •              Jatuh
      •      Adzan   Jiwa siapa tak kan takjub Pada pe...
      •     Tulisan Bapa    Saya menulis sepucuk surat ...
      •    Racau   Saya ingin mencari Tuhan dalam amara...
      •    Sepertiga Malam   Kita sudah lupa pada penda...
      •    Pudar    Saya tengah mencumbu kekasih Yang ...
      •      Mata    Saya lihat kota bisu di matamu M...
      •     Piring    Sepotong sabar nangkring
      •    Menangis    Menangislah jika harus Karena s...
      •     Puisi Yang Menjadi Kamu    Saya menulis seb...
      •   Luka  Luka itu indah. Di situ kau temukan Hat...
      •  Pena    Saya ingin melukis keluh Yang jingkrak...
Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.